Cicicuiit kressek .. ciciccuitutut.. kresek.. kresssekkk…
Kicauan burung kertas bekas print-out hitam putih yang salah, menyadarkan Dogol dari jadwal lamunan panjang di meja kerjanya hari itu. Ya, setiap hari antara pukul 14.26 hingga 16.38 adalah jadwal melamun untuk Dogol. Entah kapan jadwal itu dimulai, dan oleh siapa dibuat, hanya Dogol dan Tuhannya di balik plafond sana yang tahu. Yang jelas tiap hari antara jam tersebut, jangan harap mendengar Dogol berbicara ataupun bekerja… eh.. Ya pokoknya begitulah, karena, pada jam-jam itu Dogol sedang mengistirahatkan panca indranya yang tidak begitu tajam dan otaknya yang berkapasitas seadanya, serta seluruh otot lembek di badannya karena lelah setelah terus menerus diperas untuk berpura-pura kerja dan sibuk dari sejak dia datang ke kantor, sekitar jam 11.15.
Bayangkan, Dogol harus mengerahkan segenap daya dan energi tubuhnya mulai dari jam 11.15 hingga pukul 14.26, dipotong break makan siang satu jam setengah, berarti Dogol berpura-pura kerja dan terlihat sibuk selama satu jam dan empat puluh satu menit! Penuh! Setiap hari! Itu merupakan tekanan yang melebihi kemampuan tubuh Dogol. Oh, maaf ada ralat, waktu Dogol harus berpura-pura sebenarnya adalah satu jam dan tiga belas menit, biasanya Dogol selalu mengambil break ke toilet selama 14 menit sebanyak 2 kali setiap hari. Tetapi itu masih terlalu lama untuk tubuh Dogol yang tidak fit dan kurang darah.
Lalu, siapa yang membunyikan kicauan burung kertas bekas print-out yang merdu itu? Siapa yang mengganggu jadwal lamunan Dogol tepat pukul 15.43, atau tepat satu jam dan tujuh belas menit sejak Dogol mulai melamunkan Luna Maya dan dirinya bersantai di kebun stroberi milik kakeknya Dian Sastro (kenapa kakeknya Dian Sastro? Ah ini cerita lain, nanti Dogol cerita di edisi mendatang oke? –red) sambil saling menyuapi nasi padang dari restoran Sederhana Serpong, saling bersandar beralaskan kasur empuk King Koil ukuran super king seri terbaru? Apakah gerangan hal yang begitu penting dan urgent hingga harus membuyarkan buaian angan-angan indah Dogol at the exact moment ketika tangan Dogol yang penuh dengan nasi beras Solok yang berlumuran minyak kuah gulai ayam dan sambal hijau pedas dengan secuil dendeng hitam nan renyah sedang mendekati (maaf) mulut Luna yang (maaf) menganga indah menanti jemari Dogol menumpahkan isinya yang lezat dan menggiurkan?
Yang Dogol dengar berupa kicauan merdu sang burung kertas bekas print-out hitam putih itu sebenarnya adalah timpukan rekan kerja Dogol, Nurjanah, yang bermaksud mengingatkan Dogol bahwa bos Dogol, pak Karim Lusiono, sudah pergi dari kantor menuju pertemuan yang, entah, hanya beliau dan supirnya yang tahu, atau pura-pura tahu. Lalu, apa maksudmu Nur?
“Psst, Cuy!” Nurjanah berbisik dengan suara lantang.
”Hmm? Ya?” Dogol menyahut sekenanya, setengah sadar sambil mengumpulkan kesadarannya yang masih berserakan di antara pohon stroberi dan gaun indah Luna Maya di alam angan-angannya.
”Ayo, jadi ngga?”
”Jadi, eh tapi mau apa sih?”
”Katanya mau pulang cepat, gua nebeng ya”
”Oh iya, emang situasi sudah aman?”
”Udah, bos udah pergi dari tadi tuh”
Kata-kata terakhir Nurjanah tadi bagaikan gemericik air sejuk dari mata air pegunungan surga yang menngguyur segenap hati dan helai rambut Dogol di siang yang panas dan terasa membosankan itu. ’Udah, bos udah pergi dari tadi tuh’, rangkaian kata-kata indah yang mengembalikan kesucian kalbu Dogol yang kelam dan penuh dengan sampah-sampah yang disebut ’tugas dan pekerjaan’. ’Udah, bos udah pergi dari tadi tuh’ adalah tujuh kata putitis yang bermakna teramat dalam, membuat Dogol tersentuh, terharu, mengucapkan syukur tanpa henti dalam doanya yang syahdu pada Tuhannya di balik plafond sana. Untaian huruf yang membuat timpukan kertas tadi bagaikan kicauan merdu burung kutilang muda di pagi hari di awal musim kawin yang menjanjikan kebahagiaan, penuh dengan kutilang perawan bersolek manja menanti sang pejantan dengan suara semerdu malaikat menghampirinya.
’Udah, bos udah pergi dari tadi tuh’ adalah sebuah pantun melayu yang hanya bisa dibalas oleh Dogol dengan bait :
”Mantap! ayo kita pulang kalo begitu”
Dengan tangkas Dogol meraih tetikusnya dan mengarahkan kursor menuju tombol Start -> Turn Off Computer ->Turn Off, dan ’klik’
Dogol menahan diri sejenak menunggu saat indah ketika dengung cantik dari komputer besarnya... Tunenenengng... terdengar, sebuah dengung merdu padamnya windows, dengung pertanda komputer sedang mengistirahatkan dirinya kembali pada mode ’off’, mode yang paling disukai oleh 125% pekerja kantoran macam Dogol (survey dilakukan oleh lembaga survey bergengsi berskala internasional yang disewa oleh Dogol untuk mengisi waktu luangnya. Kalau anda tidak percaya, coba saja lakukan sendiri)
” Tunenenengng...”
Yak! Itulah dia, suara indah yang mengantarkan Dogol bangkit dari kursinya dan melangkah pasti menuju pintu keluar yang terbuat dari kaca tebal berstiker logo perusahaan Dogol yang dipasang terbalik karena kesalahan kontraktor. Namun, langkah Dogol terhenti pada hitungan ke 8... Dogol terpaksa berbalik ke mejanya karena... Kunci mobilnya ketinggalan. Setelah mengambil kuncinya Dogol berhenti sebentar untuk memastikan tidak ada lagi yang ketinggalan, oke, kunci sudah ditangan, handphone sudah dikantong, tas.. Dogol tidak membawa tas ke kantor, dompet sudah disaku, kacamata sudah dipakai, majalah milik kantor tidak ketinggalan, apalagi? Tidak ada, Dogol yakin semua sudah lengkap.
Dogol langsung berbalik sambil mengerjapkan matanya (Dogol tidak bisa mengedip, mata satunya selalu ikut tertutup setiap kali Dogol berusaha untuk mengedip) pada Nurjanah, kode untuk segera minggat dengan elegan dari kantor yang dingin dan tidak ’fun’ itu.
”Ayo Nur, let’s go!”
”Sip, berangkaaat”
Dua orang konyol itupun beringsut dari ruangan kantor dengan gerakan yang indah can cepat, berkelebat mantap bagaikan ninja sabuk hitam yang berlatih di Jepang dari suhu Ninjitsu terkenal, Michael Dudikoff. Merdeka bagaikan kecebong yang baru keluar dari telurnya.
”....”
Kemudian, bencana itupun terjadi...
Tepat ketika jari telunjuk Dogol yang lentik tinggal berjarak satu koma sembilan puluh delapan sentimeter dari tombol pembuka pintu, terdengarlah suara nyaring menyayat disertai getaran halus yang menggelitik perih dari dalam saku Dogol.
”Trrwiwwiwiwiiit...” sekali.
”Trrwiwwiwiwiiit...” dua kali.
”Trrwiwwiwiwiiit...” tiga kali.
Mata bulat Nurjanah membelalak, menoleh pada pupil Dogol yang membesar. Mulut Dogol setengah terbuka, berbagai macam pikiran berkecamuk di benak mereka yang sempit. Perlahan Dogol meraih handphone-nya yang terus berteriak tanpa rasa berdosa. Nurjanah menggeleng-gelengkankan kepalanya dengan ekspresi cemas penuh ketakutan yang teramat sangat pada Dogol, memintanya untuk mengurungkan niatnya menjawab seruan handphone keparat itu. Situasi saat itu bagaikan saat-saat terakhir ketika para pemilih mencoblos tanda partai pilihannya pada hari pemilu, penuh kebimbangan dalam keniscayaan yang tak dapat dipungkiri. Ketegangan memuncak ketika Dogol membalikkan handphone-nya dan mendapati tulisan caller id-nya menampilkan rangkaian huruf hitam dari neraka terpanas dan terkejam di semua ajaran-ajaran religus dalam sejarah umat manusia, bertuliskan :
”BOS LUSIONO – CALLING”
Pletekk. Dogol membuka flip handphone-nya pelan.
”... Halo....” Seluruh dunia merasakan getaran dalam suara Dogol yang lirih.
”Gol, kamu masih di kantor kan? Jangan pulang dulu ya, saya mau ke sana ada yang perlu kita miting-in sore ini juga”
”Masih, tapi ada apa ya pak? Sekarang kan sudah sore, Bapak sampe sini pasti sudah jam 5 lewat, apakah tidak bisa ditunda besok saja?”
”Ngga bisa Gol, ini harus selesai sekarang karena besok saya mau jalan ke Pak Jarnuman”
”Oh ada apa dengan Pak Jarnuman pak?”
”Iya, beliau ulang tahun besok, sore ini kita harus memilih dan membungkus hadiah-nya, kamu tolong siapkan kartu-nya ya”
”Ooh kalo cuma kartu mah saya siapkan aja sekarang ngga usah nunggu bapak sampe kantor dulu tokh?”
”Tapi saya ingin menuliskan kata-kata yang indah untuk beliau, saya sudah ada beberapa option kata-kata mutiara yang saya karang sendiri sambil di ketemu pak mentri tadi”
”Kalau begitu, bapak sms saja kata-katanya biar saya tuliskan dan siapkan di kartunya”
”Nanti sajalah, kamu tunggu saya datang, kata-kata mutiara yang saya karang sambil miting dengan pak mentri ini bagus-bagus semua, saya jadi bingung mau pake yang mana, nanti kamu bantu pilihan kata-kata mutiara yang bagus karangan saya sendiri ini, begitu”
”Oh...”
”Ya, kamu kan bisa bantu milihin nanti, saya pengen discuss sama kamu untuk pemilihan kata-kata mutiara yang saya karang sendiri ini”
”Oh...”
”Oke, kamu tunggu saya ya, paling sekitar 45 menit lagi saya sampai kantor”
”Oh...”
”Kamu siapin dulu aja kertas kado-nya sekalian nunggu saya ya”
Klik.
Pletekk.
Gelap.
Sayup-sayup Dogol mendengar gejolak di dalam perutnya yang menggelegak dalam kepedihan yang tiada tara.
Dogol terhuyung-huyung, lemas bagai tak bertulang... lalu pingsan bersama seluruh alam penciptaan.